Jepara, Magang Unisnu - Meskipun masih tahap pembajakan sawah, petani saat ini masih gelisah dengan adanya pembatasan pemakaian pupuk. Curhatan tersebut disampaikan para petani (11/05/2024) di Sawah bengkok kecapi yang berada di Desa Mulyoharjo. Bahkan bukan hanya pembatasan pupuk, tetapi ketakutan mereka juga tentang kelangkaan pupuk yang sulit diprediksi.
Dengan pakaian penuh lumpur, Nur Kholis (40) sedang beristirahat di gubuknya setelah membajak sawah. |
Saat ini, mereka sudah memasuki proses pembajakan untuk menyiapkan media tanam.
Proses pembajakan yang sedang dilakukan para petani disini sebenarnya lebih awal dari petani lainya. Selain menargetkan panen lebih awal, mereka juga menghindari kelangkaan pupuk.
Petani setempat yang sedang membajak sawah, Nur Kholis (40) mengaku saat ini sedang gelisah pada pupuk, mulai dari jatah yang terbatas, sampai pupuk yang langka.
"Kalau lebih awal kan kita dapat pupuknya juga awal juga, meskipun kita sudah dijatah, tapi kadang gak ada barangnya mas" katanya
ia juga mengatakan bahwa kelangkaan pupuk itu dapat mempengaruhi produktifitas tanamanya. Yang paling dihindari adalah panen yang tidak sesuai targetnya alias nenurun.
Hal itu dibenarkan oleh temanya membajak sawah, Paidi (44) yang sedang beristirahat di galengan sawah.
"Repot mas kalo ga di mulai sekarang, resikonya besar, kadang malah sampai rebutan pupuk" bebernya.
Ia juga bercerita mengenai harga beras yang naik turun. Sehingga ia saat ini mentargetkan bisa menjual harga gabah dengan nilai tinggi. apalagi saat ini harga beras di Jepara relatif masih tinggi.
"Iya kalau gabahnya sekarang Rp 700 ribu per satu kuintal. Terus berasnya memang harganya lagi Rp 16 ribu per kilogram," katanya.
Paidi mengungkapkan saat ini pun kesulitan dalam membeli pupuk. Menurutnya yang memiliki pupuk harus yang memiliki kartu tani.
"Pupuk beli harus pakai kartu, kalau gak ada ya gak bisa. Sedangkan yang punya kartu itu yang punya sawah-sawah besar," ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar